Kamis, 06 Desember 2012

Kampung Karo Patumbak

Kampung Karo  adalah nama salah satu dusun di Desa Sigara-gara (Kec. Patumbak, Kab. Deliserdang). Kampung Karo ini didirikan oleh Tala Barus dan sangkep nggeluhna. Kampung yang oleh orang-orang Karo biasanya disebut Sigara-gara Kuta Karo ini dulunya terisolasi karena jalannya buntu, tapi kini telah memiliki jalan tembus. Adanya jalan tembus mencuatkan wacana untuk memberi nama jalan. Salah satu usulan adalah Jalan Tala Barus sehubungan beliaulah orang pertama yang tinggal di Kampung Karo. Disayangkan, wacana ini kembali meredup.

Jalan sepanjang Kampung Karo yang dulunya buntu kini menjadi jalan alternatif penghubung antara Kecamatan Patumbak dengan Kecamatan Tanjungmerawa. Bahkan, jalan yang dikatakan jalan alternatif ini kini ramai karena warga dari kecamatan lain seperti Sibiru-biru, Delitua, Namorambe, Pancurbatu, Kutalimbaru, dan Sibolangit lebih memilih melewati jalur ini jika hendak menuju Lubukpakam (ibu kota Kabupaten Deliserdang). Selain lebih dekat dan lebih aman, juga dapat terhindar dari kemacetan dibandingkan bila melewati jalan-jalan di Kota Medan.

Tidak ada yang tahu pasti kapan pertama kali Dusun IV Sigara-gara - Kampung Karo ini dihuni. Namun, dari beberapa kesaksian penduduk asli (yang setidaknya mendiaminya sejak tahun 1960-an), para penduduk lama Kampung Karo ini adalah pemindahan dari kawasan yang disebut oleh penduduk setempat Asahan (Sungai Asahan) yang letaknya sekitar Medan Amplas; sekarang antara Medan Denai, Simpang Marindal, hingga batas antara Kecamatan Patumbak dengan Kota Medan. Sekitar tahun 1950-an, penduduk yang awalnya membuka perjuman (perladangan) di sekitar Asahan ini ditawari oleh Raja Urung Senembah Patumbak (Barus Mergana) untuk pindah ke lahan yang baru dengan kesepakatan konpensasi akan menerima dua kali lipat dari lahan garapan semula. Selain itu, dijanjikan kebebasan menggarap lahan jaluren dari Lau Sibenang (batas Desa Sigara-gara dengan Desa Lantasan Lama) – Lau Batang Kuis(batas kecamatan Patumbak – Tanjung Merawa), hingga jalan besar Patumbak.

Namun, dibelakang hari, banyak timbul permasalahan antara lahan jaluren ini. Kebebasan menggarap tidak kunjung dirasakan. Begitu juga dengan isu-isu pengambilalihan kembali lahan yang sudah ditempati ini oleh pihak-pihak yang mengaku lebih berhak. Namun, permasalahan ini dapat diredam dengan jalan kekeluargaan dan adat Karo. Permasalahan kembali muncul diawali saat meletusnya Reformasi di akhir tahun 1997. Masyarakat berbondong-bondong kembali menggarap lahan yang selama ini dikelola dan dikuasai oleh pihak PTPN yang hingga kini belum ada solusi penyelesaiannya.

Perlu diketahui, gereja pertama kali berdiri di Kecamatan Patumbak terletak di Dusun IV Kampung Karo ini, yakni GBKP. Gereja ini resmi berdiri di sana tahun 1958 dan menjadi gereja pertama yang berdiri di Kecamatan Patumbak. Selain itu, walau dikatakan dusun yang terpencil dan buntu, namun kampung Karo ini juga tercatat sebagai penghasil sarjana bagi Kecamatan Patumbak dari dulu hingga sekarang. Bisa dikatakan, sarjana pertama dari Kecamatan Patumbak berasal dari dusun ini, yakni Nemer Tarigan (mantan Sekwan DPRD Tk. II Deliserdang) dan Rupia Ginting Munte. Bersambung...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar