Kamis, 14 Februari 2013

Erkata Bedil

Erkata Bedil adala salah satu lagu perjuangan Karo(dalam cakap/bahasa Karo), karya komponis nusantara Djaga Sembring Depari(Djaga Depari) asal Desa Seberaya, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jika kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia, Erkata Bedil mengandung artian “bunyi/dentuman senjata”. Erkata Bedil i kuta Medan(dentuman/bunyi senjata di kota Medan)adalah kalimat pembuka dari syair lagu ini serta di baris kedua dilanjutkan dengan kalimat Ngataken kami maju ngelawan(sebagai pertanda(panggilan) bagi kami untuk maju melawan). Itulah dua baris kalimat pada bait pembuka(pertama) dari lagu karya Djaga Depari ini. Medan merupakan kota yang didirikan oleh seorang putra Karo bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi asal Ajijahe(dataran tinggi Karo) yang didiami penduduk asli dari suku Karo, Melayu, dan Simalungun, sehingga masuk dalam walayah Taneh Karo Simalem, ataupun merupakan salah satu wilayah adat suku Karo. Berkobarnya peperangan di kota Medan menjadi rasa tanggung jawab bagi pemuda/i Karo dari wilayah-wilayah Taneh Karo lainnya untuk membantu saudara-saudaranya yang di kota Medan. Perang di Medan adalah perang bagi seluruh wilayah dan masyarakat Karo, maka sering dikatakan “dari Medan area menuju Karo area” ini menunjukkan bahwa Medan adalah salah satu benteng terdepan yang sangat penting bagi dataran tinggi Karo dan dataran tinggi Karo juga merupakan kekuatan utama dari Dusun(Karo Jahe: Deli – Serdang/Medan), atau bisa dikatakan gudang laskar Simbisa(Simbisa sebutan bagi laskat/pasukan Karo). Jika basis pertahanan Medan telah takluk maka pastilah serangan akan ditujukan ke dataran tinggi Karo, dan begitu juga sebaliknya. Karena, Medan dan dataran tinggi Karo merupakan satu jaringan kekuatan perjuangan masyarakat Karo yang terus terhubung dan tak terpisahkan. Hal ini juga tergambar dalam Perang Sunggal yang tercatat sebagai perang telama yang pernah berlangsung di nusantara, dimana saat Datuk Sunggal Karo-karo Surbakti penguasa Urung Serbanyaman berperang melawan serdadu Belanda yang dibantu oleh Sultan Deli, masyarakat Karo dari wilayah Taneh Karo lainnya khususnya dari gugung(gunung/dataran Tinggi Karo) tidak bisa berdiam diri saja, maka pasukan Simbisa Taneh Karo pimpinan Nabung Surbakti yang mendapat persenjataan dari perdagangan dengan Portugis yang dalam penuturang karo disebut bangsa Peringgi dan Turki melalui Aceh(Acih) dan senjata tradisional Karo berupa tumbak/lambing(tombak/lembing), tumbuk lada(keris khas Karo), leltep(sumpit beracun), dll berbondong-bondong turun gunung membantu pasukan Datuk Sunggal melawan penjajah.
           
Itulah sekilas gambaran totalitas masyarakat Karo dalam hal berperang dalam rangka mempertahankan harga diri dan kedaulatan Taneh Karo Simalem dan dalam perang kemerdekaan Indonesia. Berikut syair dari lagu Erkata Bedil.

Erkata bedil i kuta Medan turang la megogo
Ngataken kami maju ngelawan ari oh, turang
Tading ijenda si turang besan turang la megogo
Rajin kujuma si muat nakan ari o, turang

O, turang la megogo ( kai aku nindu turang? )
Uga sibahan arihta?
Arih-arihta tetap ersada ari o, turang

Adina lawes kena ku medan perang turang la megogo
Petetap ukur ola melantar ari o, turang
Adina ue nina pagi pengindo turang la megogo
Sampang nge pagi simalem ukur ari o, turang

Oh, turang la megogo (kai nindu ari turang?)
Uga sibaha arih-arihta?
Arih-arihta tetap ersada ari o, turang

Adina sudu tangkena lenga turang la megogo
Pasarna licin bentengna wajan ari o, turang
Adina tuhu atendu ngena turang la megogo
Tantangi cincin man tanda mata ari o, turang

[ O, turang la megogo ( kai aku nindu turang? )
Uga sibahan arihta?

Arih-arihta tetap ersada ari o turang ] 2x





Tidak ada komentar:

Posting Komentar