Sora Mido(Suara Kesedihan), merupakan
ungkapan kesedihan ataupu ratapan karena peperangan yang menimbulkan banyak
korban harta, benda, dan jiwa. Lagu ini menggambarkan totalitas masyarakat Karo
dalam berperang mempertahankan harga diri dan wilayahnya, dimana sejarah
mencatat bahwa hampir seluruh wilayah Taneh Karo Simalem dibumi-hanguskan agar
serdadu Belanda tidak dapat mempergunakan fasilitas apapun untuk menunjang
administrasi dan pertahanannya di Taneh Karo(Dalan catatan sejarah Drs.
Teridah Bangun, pada agresi Belanda I tahun 1947 banyak kuta (kampung) yag
dibumi-hanguskan supaya tidak dapat dipergunakan oleh penjajah. Terdapat 53
kuta yang dibumihanguskan di Tanah Karo, yakni: 1. Jumaraja (Cintarayat); 2.
Keling; 3. Payung; 4. Berastepu; 5. Batukarang; 6. Sarinembah; 7. Perbesi; 8.
Kuala; 9. Kutabangun; 10. Pergendangen; 11. Keriahen; 12. Singgamanik; 13.
Kinepen; 14. Munthe; 15. Suka; 16. Rumah Kabanjahe; 17. Kota Kabanjahe; 18.
Berastagi; 19. Kacaribu; 20. Kandibata; 21. Lau Baleng; 22. Susuk; 23. Tiganderket.
24. Kuta Buluh; 25. Tanjung; 26. Gurukinayan; 27. Selandi 28. Kidupen; 29.
Gunungmanukpa; 30. Toraja; 31. Silakkar; 32. Rajatengah; 33. Tigabinanga; 34.
Ajinembah; 35. Tiga Panah; 36. Barus Jahe; 37. Tigajumpa; 38. Merek; 39.
Tengging; 40. Garingging; 41. Ergaji; 42. Barung Kersap; 43. Tanjung Beringin;
44. Naman; 45. Sukadebi; 46. Kutatengah; 47. Sigarang-garang; 48. Ndeskati; 49.
Gamber; 50. Gruhguh; 51. Sukajulu; 52. Kuta Lepar; dan 53. Mbang Sibabi. Kemudian
rakyat Karo mengungsi ke Tanah Pakpak Dairi dan Tanah Alas di Aceh. Setelah
perjanjian Renville Januari 1948 baru mereka kembali ke kampungnya
masing-masing.)
Lagu dengan melodi yang
liris dan syahdu yang sangat tergambar kesedihan dan kepiluan didalamnya,
ditambah penjelasan dari syairnya yang menggambarkan kekejaman peperangan,
sehingga dibait-bait akhirnya ada terselip pesan bagi para sinatang layar-layar(pemegang bendera,
maksudnya: bendera lambang negara yang berdaulat, sehingga sinatang layar-layar merujuk kepada orang-orang yang memegang
kedaulatan atau sederhananya pemerintah yang berkuasa) jangan melupakan
kegetiran masa perang dan agar menghormati jasa-jasa pejuang dan keluarganya
yang telah berkorban, sehingga kelak tidak adalagi peperangan dan generasi
berikutnya mampu menghargai jasa perjuangan bangsanya dan membawa bangsa
Indonesia ini ke perubahan yang terus semakin baik. Berikut syair dari lagu
Sora Mido, karya Djaga Depari.
Sora Mido
Terbegi sora
bulung-bulung erdeso
I babo makam
pahlawan silino
Bangunna
serko medodo
Cawir cere
sorana mido-idom
Cawir cere
sorana mido-idom
Terawih
dipul meseng kutanta ndube
Iluh
silumang ras simbalu-mbalu erdire-dire
Sora
ndehereng erperenge-renge ate
Kinata
ngayak-ngayak medeka ndube
Kinata
ngayak merdeka ndebe
Emakana
tangarlah si’ncikep layar-layar
Ola kam
merangap, turang dingen ola kena erjagar-jagar
Kesah ras
dareh kel ndube tukurna merdekanta enda
Ola lasamken
pengorbanen bangsanta
Ola lasamken
kahulna bangsanta
Enggo kap
megara lau lawit ban dareh simbisanta
Enggo
megersing lau paya-paya ban iluh tangista
Enggo kap
gelap langit perbahan cimber meseng kutanta ndube
Kinata
ngayak-ngayak medeka kita
Kinata
ngayak-ngayak merdeka kita
Tegu min
dage temanta si’nggo cempang
Didong
doahken anak sitading melumang
Keleng ras
dame ateta sada karang
Em pertangisen
kalak lawes erjuang
Em
pertangisen kalak lawes erjuang
Terbegi sora
bulung-bulung erdeso
Cawir cere
sorana mido-idom
Cawir cere
sorana mido-idom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar