B. Wari (Hari)
Wari (hari) dalam kalender Karo ada tiga puluh hari (wari sitelu puluh), dimana dalam satu bulannya terdiri dari dua puluh sembilan (29) ataupun tiga puluh(30) hari, serta dalam satu tahunnya dibagi atas dua-belas bulan (paka si sepuluh dua). Untuk dapat menentukan hari-hari, didasarkan pada umur (usia) bulan. Misalkan, jika umur(usia) bulan tersebut satu malam, maka hari itu bernama Aditia; dan jika usia bulannya dua malam, hari itu dinamakan dengan Summa. Adapun cara yang dipergunakan oleh masyarakat tradisional Karo(perkatika : guru/dukun peramal) saat (me-)niktik wari(meramal hari) dengan beberapa cara, seperti:
a. Ngarak-ngarak bulan
Ngarak-ngarak bulan, maksudnya melakukan pengamatan ([nga-]arak-arak = mengikuti, mengamati, melihati) perkembangan bulan dari hari ke hari.
b. Bulan Permakan
Bulan Permakan, maksudnya melihat bulan dengan menggunakan sebuah kain yang tipis (merio), sehingga bulan akan tampak seperti uraian berbentuk sabit (cttn. Dengan cara ini umur maksimal bulan yang dapat dilihat hanya sampai empat hari saja)
c. Arah Batu Keling
Dalam kepercayaan masyarakat Karo dikatakan kalau seekor ayam yang sedang mengeramkan telurnya selalu akan membelakangi batu keling. Dan, diketahui bahwasanya, batu keling tersebut dari hari ke harinya selalu berpindah-pindah sesuai dengan arah mata angin (desa siwaluh).
d. Pucuk Tenggiang
Masyarakat tradisional Karo juga mempercayai kalau menentukan hari itu dapat dilihat pada pucuk tenggiang. Maksudnya begini: pucuk satu yang naik (satu pucuk) menyatakan tanggal satu(1), tanggal dua (2) naik dua buah pucuk, dan seterusnya.
Itulah beberapa cara yang biasa dilakukan masyarakat tradisional Karo untuk melihat hari (niktik wari). Dan, adapun ke-30 hari-hari itu, yakni:
Wari (hari) dalam kalender Karo ada tiga puluh hari (wari sitelu puluh), dimana dalam satu bulannya terdiri dari dua puluh sembilan (29) ataupun tiga puluh(30) hari, serta dalam satu tahunnya dibagi atas dua-belas bulan (paka si sepuluh dua). Untuk dapat menentukan hari-hari, didasarkan pada umur (usia) bulan. Misalkan, jika umur(usia) bulan tersebut satu malam, maka hari itu bernama Aditia; dan jika usia bulannya dua malam, hari itu dinamakan dengan Summa. Adapun cara yang dipergunakan oleh masyarakat tradisional Karo(perkatika : guru/dukun peramal) saat (me-)niktik wari(meramal hari) dengan beberapa cara, seperti:
a. Ngarak-ngarak bulan
Ngarak-ngarak bulan, maksudnya melakukan pengamatan ([nga-]arak-arak = mengikuti, mengamati, melihati) perkembangan bulan dari hari ke hari.
b. Bulan Permakan
Bulan Permakan, maksudnya melihat bulan dengan menggunakan sebuah kain yang tipis (merio), sehingga bulan akan tampak seperti uraian berbentuk sabit (cttn. Dengan cara ini umur maksimal bulan yang dapat dilihat hanya sampai empat hari saja)
c. Arah Batu Keling
Dalam kepercayaan masyarakat Karo dikatakan kalau seekor ayam yang sedang mengeramkan telurnya selalu akan membelakangi batu keling. Dan, diketahui bahwasanya, batu keling tersebut dari hari ke harinya selalu berpindah-pindah sesuai dengan arah mata angin (desa siwaluh).
d. Pucuk Tenggiang
Masyarakat tradisional Karo juga mempercayai kalau menentukan hari itu dapat dilihat pada pucuk tenggiang. Maksudnya begini: pucuk satu yang naik (satu pucuk) menyatakan tanggal satu(1), tanggal dua (2) naik dua buah pucuk, dan seterusnya.
Itulah beberapa cara yang biasa dilakukan masyarakat tradisional Karo untuk melihat hari (niktik wari). Dan, adapun ke-30 hari-hari itu, yakni:
Tabel "Wari Sitelu-puluh (ke-30 hari)" |
Arah Batu Keling berdasarkan Desa Siwaluh. |
Dari tabel diatas, kita telah mengetahui nama-nama dari wari si telu puluh (ke-30 hari) dalam kalender Karo. Namun, tentunya kita juga ingin ketahui apa makna (arti) yang diwakili oleh nama-nama dari hari tersebuk. Berikut penjelasannya!
1. ADITIA dalam penanggalan Karo adalah hari yang pertama, dikatakan hari yang medalit (licin), namun baik untuk memulai/mengawali sesuatu pekerjaan, dan juga hari yang baik untuk membuat suatu kesepakatan/perjanjian (baik usaha, percintaan, dll).
2. SUMA adalah hari yang ke-dua dalam penanggalan Karo yang disebut juga sebagai “ wari si dua nahe (hari untuk kaki dua)” contoh: manusia, ayam, dll. Hari ini dikatakan hari yang kurang baik jadi, tidak baik untuk melakukan perdebatan, penyelidikan, atau menguji sesuatu. Namun, seperti dikatakan didepan wari si dua nahe, harinya untuk mahluk berkaki dua baik untuk berburu, mancing, menjala, dll.
3. NGGARA adalah hari ke-tiga dalam penanggalan Karo. Hari ini dikenal sebagai hari yang sulit, kejam, dan keras sehingga, zaman dahulu kala para puanglima (panglima) mempergunakan/memanfaatkan hari ini untuk hari berperang (hari baik untuk berperang) seperti namanya “nggara = mara, bara, terbakar.” Selain baik untuk berperang hari ini juga di katakan baik untuk berpaling/menghindar dari sesuatu hal, buang sial, meramu obat, berburu, membuka lahan, baik juga untuk melakukan/mengunjungi sesuatu/se-seorang, tetapi hal/keadaan tidak/kurang baik untuk yang dikunjungi.
4. BUDAHA adalah hari keempat dari penanggalan Karo. Hari baik buat yang berkaki empat. Disebut juga hari padi, baik untuk menanam padi, memulai/mengawali kegiatan bertani, dan hari ini juga baik untuk melakukan kegiatan ataupun pesta.
5. BERAS PATI adalah hari kelima dari penanggalan Karo, dimana hari ini juga sangat licin, hari baik untuk melakukan pesta, mengket rumah mbaru (masuk rumah baru), memulai berdagang, mencari pekerjaan, tetapi di hari ini dikatakan tidak baik untuk berdebat.
6. CUKRA ENEM adalah hari keenam dalam penanggalan Karo, disebutlah hari berngi (malam). Artinya hari untuk mengakhiri semua kegiatan-kegiatan, sehingga disebut juga hari pencerahan karena selain mengakhiri kegiatan-kegiatan, dipercaya juga akan menjadi akhir dari segala kegalauan yang dialami, sehingga disebut “wari salangsai.” Dikatakan hari ini juga baik untuk merantau, berlayar mangarungi samudera, melamar kerja, menghadap raja (petinggi/pejabat/penguasa/bangsawan), mulai berdagang. Selain itu, hari ini juga baik untuk melakukan upacara pernikahan, pesta muda-mudi, mengawali kegiatan bertani, nungkuni (meminang/melamar pujaan hati)
7. BELAH NAIK adalah hari ke-tujuh dalam penanggalan Karo, juga disebut hari penderas, hari Raja, adil, hari baik untuk nangkih/lompat (membawa lari kekasih hati untuk menyatukan diri (jika tidak di restui)), melamar kerja, memberi sesaji, menyelesaikan utang adat (bayar utang adat), mandi kembang karena tujuan telah tercapai, dan hari baik untuk semua pesata-pesta.
8. ADITIA NAIK adalah hari ke-delapan dalam penanggalan Karo, hari dimana semua baik. Baik untuk berpesta, baik untuk membuat perjanjian, musyawarah, mandi kembang, menikah, memasuki rumah baru, memulai berdagang, baik untuk menjalin kembali hubungan yang t’lah lama retak atau terputus (bermaaf-maafan), membawa pujaan hati lari (kalau tidak di restui), memcari barang-barang antik, mencari barang beharga, dll.
9. SUMANA SIWAH adalah hari ke-sembilan dari penanggalan Karo, dikatakan hari yang kurang baik. Harus berhati-hati dan teliti dalam bertindak ataupun melakukan setiap kegiatan, hanya baik untuk berburu ataupun memasang jerat.
10. NGGARA SEPULUH adalah hari ke-sepuluh dalam penanggalan Karo, di katakan hari ini adalah hari “malas.” Harus berhati-hati dalam berbicara, hindari perdebatan, awas api! Baik untuk meramu obat, membalas dendam (berperang), memulai project, buang sial, melangsungkan pernikahan, berpesta, dan mengambil tualng-tulang leluhur untuk dipersatukan dalam sebuah geriten (bangunan/rumah untuk menyatukan dan menyimpan tulang-tulang keluarga dalam masyarakat Karo). Hari ini juga dikatakan hari yang kejam dan keras, jadi harus berhati-hati!
11. BUDAHA NGADEP adalah hari ke-sebelas dari penanggalan Karo. Dikatakan sebagai hari pencerahan, hari baik, baik untuk melakukan semua kegiatan dan baik untuk berpesta. Baik untuk membuat suatu perjanjian, musyawarah, mengunjungi Kalimbubu, melamar pekerjaan, membuka usaha, dan melakukan acara-acara adat.
12. BERAS PATI TANGKEP hari ke dua belas dalam hari-hari Karo. Merupakan hari yang baik. Baik untuk menghadap/menemui pajabat atau orang besar, melamar kerja, bersemedi (meditasi), mandi kembang dengan jeruk purut, acara meminta rejeki, melangsungkan pernikahan, melakukan pemujaan kepada Tuhan.
13. CUKERA DUDU (LAU/air) adalah hari/wari mehuli(baik), baik melangsungkan pernikahan, menanam segala hal-hal baik yang berguna/dapat untuk menangkal bala ataupun mengusir/menolak segala hal-hal yang kurang baik yang akan ditujukan kepada kita maupun keluarga, ngeluncang, mengunjungi orang tua/kalimbubu, memasuki rumah baru, erpangir ku lau (mandi kembang ke sungai).
14. BELAH PURNAMA RAYA adalah hari ke-empat belas, yang dikatakan juga dengan wari Raja (hari raja). Di hari ini dikatakan baik untuk melakukan upacara/pesta besar, harinya untuk orang-rang besar (sibayak/raja, bangsawan, pejabat,dll), mandi kembang kesungai untuk bersih diri, ngeluncang, guro-guro aron, minum air suci, naruhken anak ku kalimbubu (ngantarkan anak (laki-laki) ke pihak kalimbubu.
15. TULA adalah hari ke lima belas. Hari sial!, semua merasa enggan melakukan apapun dalam hari ini karena dipercaya hari yang sial, namun baik ngerabi (membabat, membersihkan semak) dan juga baik menanam kelapa nyiur.
16. SUMA CEPIK adalah hari ke enam belas dalam hari-hari Karo. Hari yang tidak baik!, jangan sampai ada yang/bagian kurang dalam suatu ramuan, maka hasilnya akan berakibat fatal. Baiknya: berburu, masang jerat, mancing, dan memasang jala.
17. NGGARA ENGGO TULA adalah hari baik untuk buang sial, membuat obat, buang suntuk, dan mandi kembang keberuntungan.
18. BUDAHA GOK adalah hari dimana munculnya buah padi, mulai munculnya putik, memberi padi, mengawali musim tanam, menanam padi (padi darat), memulai panen padi, melakukan pengerikan, menyimpan padi walaupun dikatakan hari ini adalah hari yang kurang baik.
19. BERAS PATI SEPULUH adalah hari ke sembilan belas dan harinya untuk memulai/mengawali untuk melakukan pembersihan lahan untuk menanam, memotong kayu untuk dipergunakan membangun rumah ataupun gubuk, baik memancing, dan juga baik untuk mendirikan gubuk di kebun.
20. CUKRA SI DUA PULUH (20) adalah hari baik untuk membuat/meramu obat-obatan, memasuki rumah baru, nampeken tulan-tulan erkata gendang (upacara memimdahkan tulang-tuang keluarga dari kubur asal ke geriten), baik juga melakukan perjalanan, dan bermalas-malasan.
21. BELAH TURUN adalah hari ke dua puluh satu, dikatakan hari yang baik untuk buang sial, memasang jerat, memancing, dbrburu, dan memikat.
22. ADITIA TURUN adalah harinya untuk membuat/meramu obat-obatan, erpangir kengalen, buang sial, berburu, memancing, buang/nangkal penyakit, dan turun ke air.
23. SUMANA MATE adalah hari ke dua puluh tiga dalam kalender Karo, hari yang baik memasang jerat baik di darat maupun di dalam air, dan melakukan perburuan hewan-hewan.
24. NGGARA SIMBELIN adalah hari baik membuat/meramu obat-obatan, mandi kembang buang sial dan tangkal bala dan penyakit, serta meminta/berdoa kepada Yang Kuasa agar segalanya baik dan berjalan baik.
25. BUDAHA MEDEM adalah hari ke dua puluh lima yang dimana juga dikatakan harinya untuk tanaman/tumbuh-tumbuhan. Hari ini baik untuk menanam dan tentunya baik untuk ke ladang, memberi padi, muti, menuai padi ke kebun, melakukan pengerikan, serta pergi/berangkat merantau baik untuk bekerja maupun menuntut ilmu.
26. BERAS PATI MEDEM adalah hari yang ke dua puluh enam dalam kalender Karo. Dikatakan wari si malem-malem (senuanya baik), mere nakan man orang tua (salah satu tradisi orang Karo.. memberi/mengantar makan(-nan) kepada orang tua agar orang tua sehat-sehat dan panjang umur dan anak/cucu sehat-sehat, panjang umur, murah rejeki dan selalui disertai doa dan restu dari orang tua), ndahi kalimbubu (menghadap/mengunjungi pihak kalimbubu), melangsungkan pesta pernikahan, serta membuat/meramu obat-obatan.
27. CUKRANA MATE adalah hari buang sial, baik membuat/meramu obat, berburu, memancing, membersihkan lahan pertanian.
28. MATE BULAN NGULAK adalah hari untuk buang sial, encari inspirasi serta motivasi untuk menggugah semangat, berburu, serta memancing ke laut lepas.
29. DALAN BULAN adalah hari ke dua puluh sembilan. Hari ini juga menjadi hari akhir/penutup dalam beberapa paka (bulan) dalam kalender Karo, seperti: si paka dua (2. paka tendang/lampu), si paka empat (4. paka padek/katak), si paka enem (6. paka kuliki/elang), si paka waluh(8. paka tambak/kolam), si paka sepuluh (10. paka baluat/alat musik tiup; sej. Seruling), dan si paka sepuluh dua (12. paka binurung(nurung)/ikan). Hari ini juga sering dikatakan hari yang kurang baik, dan simehuli tupuk.
30. SAMI SARA adalah hari/wari nutup Kerja (hari akhir kegiatan/pesta), menyelesaikan pekerjaan ataupun perjanjian, pupursage (suatu upacara perdamaian antara pihak-pihak yang berselisih menurut adat-istiadt Karo), berdoa kepada Yang Kuasa serta roh-roh nenek moyang, serta mengakhiri pendidikan (ngguru: dalam artian menuntut ilmu mystis). Sami Sara juga merupakan hari terakhir dalam hari-hari Karo (30) dan juga hari terakhir dari beberapa paka (bulan), seperti: paka sada (1. paka kambing), paka telu (3. paka gaya/cacing), paka lima (5. paka arimo/harimau), paka pitu (7. paka kayu), paka siwah (9. paka gayo/sej. kepiting), paka sepuluh sada (11. paka batu).
<=Sebelumnya - Selanjutnya =>
Lihat juga tulisan saya yang lainnya di: Rudang Rakyat Sirulo dan Cerita Karo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar